Terkesan dengan sajak ini. Lalu saya ambil dan saya kongsi dengan kalian di sini.
(Akhir-akhir ini agak penakut menulis sajak - dicoret dan dipadam)
Di Perut Nun
Pada dinding putih, ada waktu yang tergantung
berlari, tak pernah jeda walau untuk berpesan,
demi aku, manusia dalam kerugian.
Di luar, ada rintik yang menyapa gersang tanah,
aku termangu, Mikail masih di situkah?
Anugerah untukku?
atau aku mesti terus menunggu
setelah doa-doaku tercicir
tiris dari bakul ibadah yang rompong.
Entah berapa lama, kali terakhir kumembilang titis hujan
dan mengutip butir jernih, buat dihimpun menjadi sekolam wudhu.
Pun, sekolam itu, aku masih sangsi, pergikah segala dosa semusim leka
seperti daun gugur meluhurkan sunah Allah?
Seorang umat, yang bersinar dan dikenali, akukah?
Atau gelap ini abadi? Gelisah ini membawa aku ke perut Nun
Dari situ, ada rintih Yunus yang kembali,
Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau,
Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.
Gelap ini; Yunus, aku dan sesiapa, tak punya siapa kecuali Tuhan.
Balam-balam malam ini, aku sendirian
kehilangan kasih-Mu. Tuhan, di hadapan pintu-Mu
aku berdiri.
Hafez Iftiqar,
15, Kings Court, Oakleigh East, VIC, Australia.
Dipetik dari blog
hafeziftiqar
Di hujung kembara tak ada lelah - adalah kembara yang terbaik,