Wafeya

Life is a serious matter.

Thursday, February 12, 2009

Tag: 5 perkara...

Inilah yang terjadi apabila kepala pening mencari preskripsi untuk ubat-ubat kimoterapi leukimia; menjawab tag dari Kak Nurul Maya (Damai) =)

Ini preskripsi hidup saya:

A) 5 things I’ve learned so far in life
  1. Sabar
  2. Malu
  3. Faham
  4. Hormat
  5. Cinta (dalam bersahabat)
 B) 5 things I’ve just discovered this year
  1. Semua orang berbeza.
  2. Perbezaan itu sesuatu yang unik.
  3. Unik itu suatu rahmat.
  4. Rahmat akan membentuk mahabbah.
  5. Mahabbah menyatukan Ummah (dah macam tema Maal Hijrah pun ada)
Umat Islam saling lengkap-melengkapi antara satu sama lain  =)

C) 5 ways I’ve changed
  1. Berdikari
  2. Berani
  3. Berdepan
  4. Memahami
  5. Berfikir
D) 5 things that make me happy
  1. Keluarga
  2. Kawan-kawan, teman dan sahabat handai
  3. Buku, buku dan buku
  4. Weblog Barukisu
  5. Kamu, teman-teman blogger saya yang best!

E) 5 things I want
  1. Redha ibu dan ayah seterusnya redha Allah
  2. Cemerlang dunia dan akhirat
  3. Matiku dalam husnul khatimah
  4. Membina Bait Muslim yang berjaya!
  5. Terbitkan karya/ buku sendiri. (Oh, mampukah?)

F) 5 names I want to tag
(Soalan paling susah abad ini, memandangkan ramai yang pernah menjawab tag ini, kita serahkan kepada mereka-mereka yang tidak pernah/jarang menerima apatah lagi menjawab tag; bersedialah!)
  1. Atikah Abdul Latiff
  2. Ahmad Eisa
  3. Siti Fatimah Zakaria
  4. AsadulQalb
  5. Kak Solhaa =)
p/s: Kepada penerima-penerima tag, maaflah membebankan. Saya memang suka mencabar mencuba   
      mangsa-mangsa baru. Oh, kerana permainan tag ini peraturannya begitu - jadi, terimalah! Tihihi... =D

Sekian adanya entri kali ini. Wassalam...


Tuesday, February 10, 2009

The Disdainful Hearts Of Ours


What is misinterpretation? It means to understand wrongly. (Please be aware, I’m not talking about innocence misinterpretation here but rather a misinterpretation based on our own sideways judgmental views or on how we percepts other people actions, behaviors or attitudes which brought us to the wrong side of thinking - the bad one. Yes, this could get a little bit complicated in some way). And this understanding could develop on either a rational basis or an emotional one. I am not making up any new theory or teaching to be digesting right by your mind but simply just a modest questioning thought which I hope free from any more mindless, non-intelligent misinterpretation. Allah’s willing.

This thought goes basically like this:
  1. Why do people always judge others merely from what they heard or look?
  2. Why is it so hard to accept others wrongdoings when we ourselves aren’t that perfect?
  3. Why is it so easy to tell bad things about others when we forgot ours?
  4. Why do we have to make up wrong facts about others when we don’t really know the actual things?
It feels good isn’t it? To talk or to think about others the way we want to believe? My dear friends, where are we wrong here? First impression isn’t everything while first mistake doesn’t eat up all the good ones! Please don’t judge the book by its cover, is what we usually say. Is this just a proverb to make the world a better place to stay? Oh, crap!

Let’s get back to all the unanswered questions from which I think everyone have made up their own interpretation by now (oh, mind you. I’m not at all in any emotionally danger state). This thought has been long and long ignored until now that I have the courage to write it here. The answer is as simple as the questions were, you see…
The Prophet of Mercy, Sayyiduna Muhammad al-Mustafa salla’llahu ‘alayhi wa sallam said : “Surely there is in the body a small piece of flesh; if it is good, the whole body is good, and if it is corrupted, the whole body is corrupted, and that is surely the heart”.
Related by Imam Bukhārī in his sahih.

Yes, my dear friends, it’s the so-called purely innocent HEART. Our heart, that we have painted it a little black dot here and a little black dot there. I may not elaborate on this as I assumed we’re all aware of this well-known hadith. Am I not right? (Surely nobody will misinterpret a hadith? Unless you follow the SIS or the anti-hadith) Pray not be.

It’s clear isn’t it, why is it so easy to think bad about others? It’s our heart that determines our action whether it be good, or bad. Who are we to judge others? What makes us better than others? Our genius thoughts? Our brainy actions? Our boxful knowledge? Our grandeur power? No. None of those scrupulous materials mentioned above. We are no better than others that others are no better than us. Indeed, we come from the same dust that Allah made us from. Be humble and treat others the same way we want to be treated. (You know this, don’t you?)

However, I agree that we are, in some manners made others misinterpret us and thus have bad thinking towards our actions and behavior. This is unavoidable. But being a good brother and sister in Islam, we should always reflect on our thinking too, hence how we percept and see others. If our friends are doing wrong things, walk to them and tell them what you think rather than keeping inside the awful feelings and then, unreasonably shift away from them. Man, this is no good. Please, never look down on anybody, for to Allah, they may be better than us.

Yes, and yes, THIS IS a very lame issue! That has always been reminded on and on but undoubtedly the most easily forgotten. (And also which, we usually ignore with just a whisk of hand). Oh, dear… We are indeed Al-Insan, aren’t we? And that we always need reminders aren’t we? And so, this is neither a lecture that I intent to give nor a vengeance I longed to explode. This is indeed, a humble reminder - for me and for you - for all of us who called ourselves, the believer.

(I’m sorry to have to write this in English, for when it comes to this; all the words just come out, together with all the expressions they brought. These all come from my disdainful heart whose Keeper is no other than Him; The Almighty Allah. Although I admit that my English is veeeery terrible, please pardon me).

[10] Sebenarnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara, maka damaikanlah di antara dua saudara kamu (yang bertelingkah) itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beroleh rahmat.

[11] Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah sesuatu puak (dari kaum lelaki) mencemuh dan merendah-rendahkan puak lelaki yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka dan janganlah pula sesuatu puak dari kaum perempuan mencemuh dan merendah-rendahkan puak perempuan yang lain, (kerana) harus puak yang dicemuhkan itu lebih baik daripada mereka dan janganlah setengah kamu menyatakan keaiban setengahnya yang lain dan janganlah pula kamu panggil-memanggil antara satu dengan yang lain dengan gelaran yang buruk. (Larangan-larangan yang tersebut menyebabkan orang yang melakukannya menjadi fasik, maka) amatlah buruknya sebutan nama fasik (kepada seseorang) sesudah dia beriman dan (ingatlah), sesiapa yang tidak bertaubat (daripada perbuatan fasiknya) maka merekalah orang-orang yang zalim.

[12] Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari sangkaan (supaya kamu tidak menyangka sangkaan yang dilarang) kerana sesungguhnya sebahagian dari sangkaan itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan keaiban orang dan janganlah setengah kamu mengumpat setengahnya yang lain. Adakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? (Jika demikian keadaan mengumpat) maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, patuhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kamu kepada Allah; sesungguhnya Allah Penerima taubat, lagi Maha mengasihani.

(Surah Al-Hujarat; 10-12)

-END-

Oh, by the way, here’s something to ponder upon, (oh, Balqis! Enough is enough!)
If you are on one side of an issue and everyone else seems to be on the other side, you shouldn't feel the need to change their minds. Having everyone totally agree all of the time is just not necessary! If you disagree with them that don’t have to mean that you think less of them, and vice versa. So learn how to agree to disagree -- avoid pushing your agenda or suspecting that they are pushing theirs. Everyone just thinks differently and that's okay. =)

-REALLY ENDED-


Aaah, what a relief...

Monday, February 09, 2009

Sajak: Apresiasi Kasih Suci 09022009

 
"Dan Kami pula menetapkan dalam kandungan rahim (ibu yang mengandung itu) apa yang Kami rancangkan hingga suatu masa yang ditentukan lahirnya; kemudian Kami mengeluarkan kamu berupa kanak-kanak; kemudian (kamu dipelihara) hingga sampai peringkat umur dewasa; dan dalam pada itu ada di antara kamu yang dimatikan (semasa kecil atau semasa dewasa) dan ada pula yang dilanjutkan umurnya ke peringkat tua nyanyuk sehingga ia tidak mengetahui lagi akan sesuatu yang telah diketahuinya dahulu".
Surah al Haj, ayat 5

Apresiasi Dua Puluh Tiga Tahun

Redup kasih ibu,
bening keringat ayah;
adalah yang mengiringi,
seorang anak -
meredah lembah kedewasaan.

Dewasa;
Bicara tegas ayah,
Bukan pada mahalnya kemahiran,
tidak juga pada nilaian segulung ijazah.
Tetapi adalah,
pada bernasnya akal,
luhurnya pekerti;
mengasah pengalaman,
mencanai pengetahuan.

Hidup;
Tutur lembut ibu,
Bukan bererti ada,
Tidak bermaksud maujud.
Tetapi bermakna,
memberi bakti dan jasa,
membela maruah,
agama dan bangsa.

Lantas,
kerana cinta dan sayang,
yang tiada berkalang harganya,
dan tiada boleh berganti letaknya,
ini kupersembahkan,
sekadar ucapan biasa,
dari dalam lubuk malar kasih,
jua titipan doa, demi -
kebahagiaanmu dunia dan akhirat sana,

"Terima kasih, ibu.
Terima kasih, ayah.
 Kerana tabah mendewasakan anakmu,
Selama dua puluh tiga tahun ini!"

Barukisu,
09022009
Lecture Hall No. 10
CSMU

Kemaskini 09022009, jam 1809: Kak Nurul Maya (Damai) datang mengetuk pintu bilik saya, dan menghantar gulai ayam yang dimasaknya. Terkejut saya, rezeki datang tanpa disangka! Terima kasih, Kak Maya!! Bertuah sungguh jadi junior Kak Maya ini, hehe...

Gulai Ayam Kak Nurul Maya.

 

Sunday, February 08, 2009

Beberapa perkara...

(Amaran awal: Entri ini paaaannnjanng sangat!)

SATU : Kecil Hati
Lapangan Terbang Girona, Sepanyol

Bersabar. Itulah rasanya perkataan paling sesuai mengisi hati waktu itu. Saat ditolak sedikit demi sedikit ke belakang, masih juga cuba bersabar. Susuk tubuh Asiaku yang kecil tidak akan memungkinkan aku bergerak naik tangga memasuki kabin dengan mudah seterusnya memilih tempat duduk yang disukai. Ini penerbangan murah, maka tempat duduk tidak ditetapkan angkanya. Free sitting. Pulang ke Ukraine, sudah boleh dijangka situasi ini akan dihadapi (sepanjang kembara ke negara-negara Eropah lain tidak pula berlaku perkara ini, penumpang semua beratur dengan tertib). Ukraine yang baru 18 tahun merdeka ini, masih jelas belum dapat menerima orang asing dengan baik lagi. Aku yang kecil ini pula terpaksa beralah memberi laluan kepada mereka yang badannya dua kali ganda besar dariku. Wahai hati, tabahlah!

Betapa pun aku berasa kecil hati dengan Ukraine dan orang-orangnya, tidak dinafikan negara ini banyak berjasa padaku. Ya, aku belajar menjadi dewasa di sini. Nanti, sebelum pulang setelah tamat tahun akhirku di sini, akan kusalam berjabat tangan dengan mereka (wanita sahajalah), mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kerana sepanjang-panjang aku di Ukraine, susah dan payah yang dilalui, pahit dan manis yang ditempuhi, merekalah antara karakter-karakter antagonis yang sedikit sebanyak mendewasakan seorang aku. Nantilah! Ucapan terima kasih itu akan kuhambur jua, belum tahu dalam pilu atau gembira. Yang pasti, perjuanganku masih bersisa satu tahun setengah lagi di Ukraine. Ada lagi kisah-kisah yang bakal tercipta dalam episod-episod kehidupan yang akan datang. Tersenyum, dan mata pun mulai terkatup rapat saat kapal terbang Wizz Air yang dikelolakan oleh syarikat penerbangan dari Hungary itu mula berlepas naik ke angkasa meninggalkan Lapangan Terbang Katowice, Poland menuju Lapangan Terbang Antarabangsa Kiev, Ukraine. Cuti sudah habis, dunia khayalan harus ditinggalkan, dunia nyata menanti di hadapan. Ah, kembara ini berakhir di sini, tetapi kembara hidupku masih jauh penuh berliku. Panjang jalannya tidak kutahu, tetapi destinasi akhir sudah dipasti. Persoalannya, bersedia atau tidak? Yang aku tahu, aku telah pun terlena keletihan.

DUA: Oncology

Oncology. Cycle pertama untuk semester baru ini. Subjek difzacut dan gurunya pula Dr. Rahul. Itu seingatnya khabar yang saya terima usai menjejak kaki ke hostel pulang dari kembara. Lelah dari berjalan jauh belum lagi hilang, perlu pula menghadapi pelajaran berat ini. Bukan mengeluh, sekadar mencuit sedikit simpati untuk diri. Simpati yang nyata ditata hati sendiri. Ah, hati biar kering, bak kata Iliana. Lantas kekuatan dan mood belajar diredah dan dicari kembali. Semangat perlu dibina, jangan mudah mengalah!

TIGA: Kelupaan


 
Ini nama saya yang ditulis Dr. Rahul. Saya tidak pernah lupa menulis nama pada buku. Kerana kelupaan dan kerana terlalu memikirkan perkara-perkara yang saya angkat menjadi penting seperti membuat nota, mengulangkaji dll, nama sendiri terlupa untuk ditulis. Kebiasaannya Dr. Rahul akan menyemak nota-nota yang dibuat oleh pelajar sambil bertanya soalan-soalan maut berkaitan topik yang bakal dibincang pada hari tersebut. Melihatkan buku tanpa nama itu, dia lantas bertanya, dan saya pula pantas memperakui hak milik.

“Lain kali, tulis namanya di sini”.

“Maaf, cikgu. Saya terlupa”.

Dan tanpa bicara lagi, nama saya ditulisnya pada kulit buku tersebut. Oh, saya bukan berasa lagi terhormat (seperti kata kawan-kawan), malahan rasa malu dan terhinanya, apabila nama sendiri ditulis oleh guru di buku sendiri. Nampak teruk benar bukan? Ini bukanlah hari pertama kalau mahu beralasan menggunakan buku baru sekalipun dan saya bukanlah kanak-kanak tadika yang baru hendak mengenal ABC 123. Perkara itu nampak kecil, malah remeh mungkin tetapi itu antara ciri-ciri penting kalau mahu menjadi seorang doktor yang baik. NAMA SENDIRI JANGAN LUPA TULIS. Ah, itulah jadinya kalau yang kecil sudah dianggap tidak penting. I really need to sort out my priorities!

EMPAT: Poster peringatan


Tidak tahu siapa yang meletakkan peringatan ini di lobi hadapan 5th hostel tempat saya menetap. Tahu-tahu sahaja, sewaktu melangkah keluar meninggalkan hostel untuk kembara selama seminggu lebih, poster bertulisan tangan ini sudah tertampal molek di papan kenyataan. Dan bila kembali, ia masih lagi cantik tidak terusik sehingga kini. Entah yang lalu lalang peduli atau tidak, saya tidak pasti. Tetapi yang saya tahu, ini tentang Palestin. Hadith ini menjentik hati saya yang mengaku sayangkan saudara seIslam di Gaza sana. Saya tabik hormat pada yang menulis dan menampal. Moga Allah memberi ganjaran besar buat kalian. Ini juga namanya perjuangan walau sekecil tulisan tangan di atas kad manila putih.

LIMA: Beli barang boikot

 

Tangan acapkali mencapai Johnson’s and Johnson’s, Nestle Cornflakes, Danone dan ah, beribu lagi barangan yang didanai Israel. Kali ini, harus tegas! Baru hendak biasakan diri barangkali, setiap kali harus memeriksa troli kalau-kalau terambil jenama-jenama yang perlu diboikot. Kalau ada, perlu diletakkan balik ditempatnya dan diganti dengan jenama lain. Ya, bukan senang. Naluri dan nafsu telah terbiasa dengan jenama-jenama itu. Hati perlu dididik, jiwa perlu dibentur. Walau tidak ke Gaza membantu, (sebenarnya tidak buat apa-apa langsung pun) ini sekurang-kurangnya, saya harap dapat membantu. Moga-moga.

Muat turun indeks jenama yang perlu diboikot dalam format PDF
Kak Chik juga ada berkongsi kod-kod rahsia yang penting. Tengok di sini.

ENAM: Politikus menikus

Tidak mahu cerita panjang. Saya bukan pakar penganalis politik. Bermain politik adalah sesuatu yang saya akan cuba jauhkan nanti. Namun separuh darah dalam diri saya mengalir darah dari negeri itu. Terasa sedikit. Terkesan memanjang. Rasa ingin diluahkan juga walau secubit. Melompat-lompat begitu seperti perangainya orang tidak berprinsip. Orang tidak berprinsip bagaimana mahu memimpin rakyat jelata? (Saya tidak kisah parti mana pun kamu tetapi jangan jadi pemimpin kalau tidak tetap hati, ya). Pegang Islam elok-elok dalam memimpin pasti takkan terjadi perkara-perkara begini. Setuju tidak? Ah, saya hari ini melihat politik di Malaysia seperti keanak-anakan. Apa pun jangan lupa, marga rakyat sekalian adalah pemerhati politik paling baik. Tamat.
"Tiap-tiap seorang dari kamu adalah pemimpin. Justeru itu kamu adalah bertanggungjawab terhadap mereka yang di bawah kepimpinan kamu. Ketua Negara adalah bertanggungjawab terhadap rakyatnya. Ketua keluarga adalah pemimpin kepada ahli keluarganya dan akan ditanya tentang kepimpinannya..."
p/s: Saya tertarik dengan pendapat penulis blog ini tentang isu ini.
     Ibnurashidi juga membahaskan isu ini dengan bernas sekali. Jom baca!

TUJUH: Istanna Suwayya! Fi eh Kaman?


Jangan tidak tahu, saya sebenarnya baru sahaja habis membaca AAC. O-ops, saya dengar tahu, bahawa kamu sedang ketawakan saya. Ketawalah. Dahulu, sewaktu kawan saya mengunjuk dua buah buku untuk dibaca, saya pilih Tautan Hati (yang tidak habis pun saya baca malah sudah dipulangkan semula) kerana saya fikir AAC berkisar tentang cinta sahaja (itulah, terlalu pesimis!). Selepas menonton filemnya juga, saya masih belum mahu membaca AAC (bodoh sombongkan?) Akhirnya selepas membaca kritikan Ayu Utami di dalam Berita Harian tentang novel AAC, kemudian diikuti pula oleh diskusi di grupyahoo GKLN, saya rasa jadi sangat jauh terkebelakang (padan muka!). Lantas, usai peperiksaan tamat, saya cuba meminjam novel ini dari kawan saya dengan susah payah (kerana telah bertukar-tukar tangan). Akhirnya, novel ini saya bawa semasa kembara dan saya baca ketika menanti waktu berlepas dan juga sewaktu di dalam kapal terbang. Habis kembara, habis buku ini saya baca. Lain benar dari filemnya! Itu yang tersembul di benak saya. Membaca AAC, saya akui, langgam bahasanya indah makar, sampai dan terkesan. Cabang ilmu yang dikongsi penulis, Saudara Habiburrahman El-Shirazy begitu meluas. Watak-watak yang dimainkan begitu cantik tersusun berhubung antara satu sama lain lantas plot dianyam dengan sangat baik. Ini novel dakwah dan ya, bernafsu kebenaran. Tetapi bukankah baik kalau bernafsukan kebenaran? Melainkan kalau kita tidak mencari kebenaran, maka kita tidak merasa bahawa bernafsukan kebenaran itu sesuatu yang baik, kan Ayu Utami? Yang pasti, membaca novel ini, saya tidak membaca Ayat-ayat Cinta, tetapi saya membaca seorang Fahri, seorang Aisha, seorang Maria dan seorang Nurul. Oh, dan tidak lupa juga keluarga Kristian Koptik Tuan Boutros itu. Selepas ini, saya harus ada semangat belajar seperti Fahri dan buat peta 10 tahun ke hadapan. Bukan main-main. Saya beriltizam, bukan berazam. Mudah-mudahan. Jangan gelakkan saya!

LAPAN: Digital Fortress - Suatu kejutan


Apa yang istimewanya buku ini? Ya, saya suka baca buku-buku tulisan Dan Brown. 'Tukang pecah minda'. Itu panggilan saya kepada Pak Cik Dan Brown ini. Saya walhal baru sahaja membaca dua dari empat novel terlaris beliau, Deception Point dan inilah, Digital Fortress. Jadi, apa istimewanya buku ini kepada saya? Novel ini saya jumpa dijual dengan harga murah penghabisan stok sewaktu kembara ke London tempoh hari. Saya sangat-sangat ingin membelinya, tetapi wang yang saya ada ketika itu, cukup-cukup untuk membeli barang pesanan ayah. Bukukah atau ayah? Akhirnya, dalam dilema, saya tinggalkan buku dan saya beli barang pesanan ayah. Sedikit terkilan tapi saya pasti bisa terubat nanti kalau melihat senyuman ayah terlukis tatkala menerima barang yang dipesannya. Itu lebih indah, saya kira. Tetapi tahu bagaimana saya mendapat buku ini? Rupanya, kawan saya Farhana membelikan (ya, saya ada memesan, kalau terjumpa nanti, harap dapat tolong belikan, ongkosnya nanti saya bayar kemudian), ketika kembaranya ke London yang berkebetulan selepas saya. Oh, oh, oh, tidak saya sangka, sewaktu saya datang mengambil buku ini, dia telah pun siap meletakkannya dalam beg kertas kecil yang comel dan dengan selamba berkata, “ Bal, ini sebenarnya nak bagi hadiah untuk hari jadi nanti”. Saya terkejut sambil malu-malu berkata, “Eh, tapi hari jadi saya lambat lagilah…”. “Alah, siapa yang suruh datang ambil awal”, balasnya kembali. Ah, kejutan begini, bisa buat hati saya jadi tambah terharu. Lama mengenali Farhana, dia memang seorang kawan yang baik. Farhana, saya sayang kamu!!
Dalam satu hadits mursal, Imam Malik di dalam Al-Muwatha' mengeluarkan hadis dari Atha' ibn Abdillah al-Khurasani bahawa Rasul saw. pernah bersabda:
Saling berjabat tanganlah kalian, niscaya akan hilang rasa dengki; dan saling memberi hadiahlah kalian, nescaya kalian akan saling mencintai dan akan lenyap rasa permusuhan (HR Malik).

SEMBILAN: The Arrivals
These series explores the revelations in world religions regarding the arrivals of the Antichrist Dajjal, Imam Al-Mahdi, and The Second Coming of The prophet Isa a.s. A work inspired by Hashems Films and of course the words of the Noble Quran, The Holy Bible, and The Torah, The Arrivals is a joint production by truthseekers Noreagaaa , Achernahr and The Wakeup Project.

Saya belum habis tonton lagi siri ini. Saya syorkan kepada kamu untuk rajin-rajinkan diri menonton di sini. Banyak maklumat yang saya perolehi, Alhamdulillah. Kita jahil tentang ini, atau sebenarnya kita tahu tetapi terlupa, atau kita sengaja buat-buat lupa kerana malas untuk ambil tahu. Apa-apa sahajalah.

Kalau rajin, boleh muat turun gabungan video-video yang sudah disatukan menjadi filem/dokumentari (barangkali) di sini. Saya sudah beberapa minggu muat turun tetapi belum habis-habis lagi kerana tiada orang yang seeding. Nanti kalau kamu muat turun, tolong seed sama, ya. Terima kasih.

The Arrivals - Trailer



The Arrivals Part One - Proof from the Holy Quran




SEPULUH: Syakir awi – Syakiruuun - Syukran a’la ziaratikum!

Sudah yang kesepuluhkah? Pertamanya maafkan saya kerana merepek dan merapu tidak tentu pasal dalam entri ini. Itulah jadinya kalau sudah lama tidak mengemas kini blog, segala di atas konon-kononnya adalah apa yang saya kumpul-kumpulkan untuk dikongsi bersama kalian, juga sebagai penyataan maaf saya kepada kalian kerana sudah lama tidak mengemas kini Barukisu. Nampak gayanya perlu membuat entri berjadual seperti Iliana selepas ini. Hehe. Ya, yang di atas hanyalah beberapa perkara yang tidak penting dan hal kecil yang remeh-temeh juga tidak perlu untuk dipedulikan. Tetapi bagi saya, adalah mutiara-mutiara pengalaman berharga yang saya kutip di sepanjang perjalanan dalam hidup saya. Kalau kamu membaca sampai habis, terima kasih saya ucapkan. Mohon maafnya atas segala kekurangan dalam entri ini dan juga jika tidak membawa sebarang manfaat kepada kamu. Juga terima kasih kerana masih sudi membaca di Barukisu. Sebenar pasti, saya bertuah kerana diizinkan Allah bertemu kalian semua yang sering datang berkunjung ke sini. Saya amat hargai. Barukisu bukan Barukisu pun tanpa kalian semua. Jazakumullahukhairan kathiran!!


Nota kaki:

Oncology - Cabang ilmu perubatan yang mengkaji segalanya tentang barah.
Cycle - Kitaran kelas sepanjang semester. Kelas Oncology selama seminggu, kemudian kelas Hospital 
             Therapy dua minggu, selepasnya Epidemiology selama tiga minggu. Begitu...
Dr. Rahul - Guru yang agak strict, sebab itu sedikit terasa kesusahannya belajar subjek ini. Apa pun itu 
                    tidak boleh dijadikan suatu alasan, bukan?
Subjek difzacut - Pelajaran di mana markah akhir kelas akan dimasukkan di dalam buku laporan pelajar
                             selepas menduduki ujian lisan. (Kira bukan peperiksaan besarlah, tetapi markahnya                             dikira, begitu...)
Istanna Suwayya! - Tunggu sebentar! (Petikan dari AAC)
Fi eh kaman? - Ada apa lagi? (Petikan dari AAC)
Syukran a’la ziaratikum! - Terima kasih atas ziarah kalian!
Syakir awi/Syakiruuun -  Bahasa A'rab a'miah(pasar) - guna untuk mengucapkan terima kasih. Oh,  
                                        saya kurang pasti sebenarnya).

Saturday, February 07, 2009

Sejujur permintaanmu; setulus doa dariku

 

Dari jauh sudah kelihatan dia tersenyum, tenang berjalan pulang dari sesi radioterapi yang harus dijalaninya sebagai rawatan prapembedahan. Saya dan Sakiah menegur mesra, bertanya-tanya khabar berbasa-basi kemudian meminta izin bertanya dua tiga soalan. Hari-hari sebelumnya beberapa data telah diambil, tetapi masa tidak mengizinkan, lantaran itu maklumat yang dikumpul tidak kecukupan untuk membuat laporan kes pesakit. Sesi soal jawab berjalan lancar, walau terdapat keciciran kronologi cerita yang disampaikan akibat sukar untuk memahami bahasa Russianya, namun cukup untuk dimuatkan dalam laporan. Orangnya penyabar. Bekas guru. Manakan tidak dilayannya kerenah kami yang suka mengulang-ulang soalan demi memahamkan isi ceritanya. Katanya, dia hanya sebatang kara. Dua anak lelakinya menetap di Russia bersama keluarga masing-masing dan dia telah lama kematian suaminya. Lantas saya bertanya, “Nenek tinggal seorang?” Dia mengangguk dan ah, tersenyum lagi. Pemurah sungguh dengan senyuman!

Terkadang bual bicara berganti gelak ketawa. Walau tidak berapa mengejar jalan ceritanya, tetapi kerana melihatkan dia tertawa lucu, kami akan turut sama berasa gembira. Bukan berpura-pura tetapi dia seorang nenek berumur 76 tahun. Hatinya perlu dijaga. Lantaran itu, kalau dia bersedih, kami seakan cuba merasa kepedihannya, kalau dia serius, kami akan berkerut kening cuba memberi perhatian dan kala dia tersenyum menampakkan baris-baris giginya yang masih tersusun elok, kami akan tersenyum sama. Namun, seperti biasa, waktu seringkali mencemburui, kami harus pulang ke kelas segera. Dan apabila saya khabarkan kepadanya, dia sekadar tersenyum, mengangguk tanda memahami. Tetapi hari itu, entah apa yang menggerakkan hatinya, tiba-tiba sahaja dia memegang dan mengenggam erat kedua-dua tangan saya sebelum sempat saya berdiri bangun.

“Tolong doakan saya”, katanya dalam bahasa Russia. Saya masih juga belum faham.

“Tolong doakan saya”, ulangnya lagi sambil memandang tepat ke mata saya. Saya memandang Sakiah, meminta kepastian. Sakiah mengangguk, “Ya, dia minta kita untuk mendoakannya”.

Saya memandang semula wajah nenek tersebut lantas mengangguk sungguh-sungguh.

“Ya? Nama saya Maria (bukan nama sebenar). Sebut nama saya dalam doa kamu, ya? Doakan saya, ya? Hari Rabu ini, keputusan untuk pembedahan akan keluar. Tolong doakan saya, ya?" Genggamannya bertambah erat.

Saya lekas-lekas mengangguk, tidak mahu lama-lama berdiri di situ. Tidak mahu memberi harapan. Pilu. Kalau mengikut rasa kemanusiaan ini, saya akan berdoa pada Tuhan, minta diringankan azab sakit yang ditanggungnya. Ah, manakan boleh! Saya lekas-lekas ucapkan terima kasih dan nanti kalau diberi peluang lagi, saya akan datang berjumpa nenek, kata saya. Saya tidak tahu apa yang bermain di hati saya saat saya meninggalkan wad bernombor 18 itu. Yang dideritai nenek ini adalah yang bernama barah! Masakan bisa sembuh benar! Nanti nenek, ya. Saya pasti akan doakan nenek. Semoga nanti nenek diberi hidayah oleh Allah sebelum hembusan nafas nenek yang terakhir. Itu, saya pasti akan doakan untuk nenek. InsyaAllah.


Terkadang,
tidak kita sedar,
perjalanan hidup kita,
singkat amat,
singkat, amat!