Boleh tanya hati sendiri. Sila.
Tahun lepas, sewaktu Gaza diserang hebat jet pejuang Air Force, saya dan teman-teman diasak imtihan pertengahan semester. Dan doa menjadi lebih panjang; untuk diri juga untuk saudara-saudara di Gaza, semangat jadi lebih membara; mereka berjuang, kita juga harus berjuang, mereka berjihad menumpah darah, kita berjihad juga menumpah dakwat bencah. Tahun ini, kebetulan apakah jua - Gaza, saya dan imtihan?
Tidak perlu bersoal panjang, cukup satu soalan - untuk apakah sebuah negara haram seperti Israel itu wujud?
Dari kejatuhan khilafah Uthmaniyyah sehingga kini, satu jawapan cukup pedas akan kita temui.
Untuk kita.
Ya, untuk kita bisa menjadi seperti Umar Al-Khattab. Seperti Salahuddin Ayyubi. Seperti Al-Fateh. Seperti Tariq, seperti Abu Ubaidah dan seluruhnya yang ikut berjuang atas agama Allah. Atas nama Allah.
Bukan calang-calang, deh!
Sebab itu musuh juga bukan calang-calang. Israel. Si kera yang degil.
Kita bukan tidak punya kekuatan. Andai dikumpul sekalian umat dan sumber tenaga, InshaAllah kita mampu menang. Tetapi, kita telah kalah sebelum berlawan, kalah dengan musuh dalaman - diri sendiri; kuasa, hawa nafsu dan syaitan.
Selagi belum mampu membawa diri, mimpilah untuk membawa panji-panji.
Maka, benarlah kata-kata seorang aktivis Indonesia yang ikut berjuang atas Mavi Marmara, Santi Soekato;
Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.Teman, perjuangan ini bukan bermusim, bukan hanya emosi dan sensitiviti, perjuangan ini panjang, berterusan dan jauh. Jalannya payah, geraknya susah tapi yakinlah, janji Allah itu pasti.
Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagiNya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina.
Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agamaNya. Menolong membebaskan Al-Quds.
Sungguh mudah menjeritkan slogan-slogan - bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha… Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza!
Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.
Siap-siaplah.
Allahumaj’alni minat tawwabiin…
Allahumaj’alni minal mutatahirin…
Allahumaj’alni min 'ibadikas-salihin…
Bukankah Allah telah mengatakan bahawa tanah sekeliling Al Aqsha itu diberkahi-Nya? Terasa betul, bahawa salah satu keberkahannya adalah ia menyatukan kita.
3 buah bicara:
selamat kemaskan buku.
sy baru start menyepahkan bilik balik. :P
sama-sama berdoa.bsyukur sebab ada exam. sebab kdg2 musim exam ni bagus utk kita muhasabah.
Moga kita istiqamah dalam ikhlas dan ikhlas dalam istiqamah.
Aduhai hati.
Haniff, InshaAllah. Semoga.
Post a Comment
Assalamualaikum teman-teman, terima kasih kerana sudi meninggalkan jejak bicara kamu, sekurang-kurang kalian telah hadir menceriakan hari-hari saya di persimpangan ini. Jazakumullah!!